Skip to main content

Liberty and Passion


Gua nulis kali ini bukan cuma buat bikin kalian ketawa-ketawa karena tulisan gua yang garing.
Gua juga nulis ini bukan karena keresahan anak muda jaman sekarang buat punya paha semulus Cherrybelle, atau punya suara semacho Justin Bieber.
Gua nulis ini karena gua merasakan keresahan yang dirasakan oleh temen-temen gua.
Kebebasan.
9 huruf, 1 kata, dan sejuta definisi.
Seringkali kata ini dikait-kaitkan dengan sejuta mindset yang negatif.
Seperti; "Bebas itu tidak baik", "Bebas itu budaya barat", "Bebas itu cuma bikin kita nggak teratur", "Bebas berarti nggak punya masa depan", dan konteks-konteks negatif lainnya.

Gua kecewa, padahal arti 'kebebasan' nggak selalu negatif seperti itu.

Kebebasan erat kaitannya dengan hak.
Hak untuk menentukan suatu keputusan dengan cara kita sendiri.
Hak untuk memutuskan apa yang layak untuk kita, karena kita adalah orang yang paling mengenal diri kita sendiri.

Tapi kebanyakan orang kurang menghargai kebebasan.
Kebebasan sekarang tuh abu-abu banget. Nggak jelas.
Ada (banyak) orang yang tidak menghargai kebebasan orang lain, bahkan ada yang TIDAK menyadari kebebasan yang berhak dia miliki.

Miris..

Akhir-akhir ini ada banyak temen gua yang curhat karena mereka nggak dikasih kebebasan buat milih universitas, dan milih program studi yang mereka inginkan.
Alasan yang diberikan orang tua mereka nggak bakal jauh dari:

"Kalau kamu pilih jurusan itu, kamu mau jadi apa?"

"Nanti gimana kamu bisa cari kerja? Dapet uang dari mana?"


"Udahlah, gak usah muluk-muluk. Kamu kuliah kaya Papa/Mama aja. Pasti dapet kerja."


"Kita tuh begini karena sayang sama kamu, kita mau yang terbaik buat kamu!"


Dan segudang alasan klise lainnya.
Don't get me wrong, gua disini bukan mau ngehasut kalian buat ngelawan orang tua kalian. Justru emang bener, mereka begitu perhatian karena mereka sayang sama kita.
They really want to love us so much. Pasti.

But the problem is.. Sometimes, they just don't understand what's the best way to do it.
Not yet.

Jadi, jangan salahin orang tua kita juga. Karena terkadang mereka cuma belum mengerti tentang potensi dan diri lu yang sebenernya.

You reckon?

So, first of all you have to recognize your passion.
Ketahuilah gairah hidup lu.

Seriously. You gotta know what you really, really, really want to do to spend the rest of your life.

Karena dengan mengenali passion, kita akan memiliki arah hidup yang jelas.

Kata siapa sastrawan nggak bisa survive?
Kata siapa musisi nggak bisa survive?
Kata siapa tukang lawak nggak bisa survive?
Kata siapa orang hobi masak nggak bisa survive?
Kata siapa orang hobi gambar nggak bisa survive?

Tenang aja. Asal lu tau apa yang lu mau capai, dan mau berusaha untuk ikhlas bekerja keras dalam mencapainya.

Percaya deh sama diri lu sendiri. Dengan begitu, orang lain juga bakal percaya sama lu.
Yang namanya uang, materi, prestise, itu bakal ngikut dengan sendirinya.
Malah, nanti lu cuma nganggep mereka sebagai bonus.
Karena lu menghargai jerih payah lu sendiri, lebih daripada sekedar mengincar materi belaka.

Nggak usah malu, nggak usah patah semangat!

Because you deserve to do what you love. And you deserve to love what you do.

Maka dari itu, tugas kita adalah membuat orang tua kita paham.
Make them understand. Give some reasonings. Convince them.
Yakinkan mereka, bahwa passion kita memang patut kita perjuangkan!
Tentu, dengan langkah diplomasi yang baik-baik dan sopan yaa.
Jangan pake metodenya Batman ya, nanti yang ada uang jajan lu diganti jadi uang Monopoli.

Oke. Kalau kita pengen sesuatu, kita pasti harus berusaha dulu kan?

Kita pengen tiket konser gratis, harus rela spamming di Twitter seharian.
Kita pengen nilai bagus, harus minum sakatonik ABC rajin belajar.
Kita pengen kentut, harus cari tempat sepi dulu.
Pokoknya, untuk meraih sesuatu pasti ada tahap 'effort' atau usahanya sebelum sampai di tahap keberhasilan.
Nggak ada bola yang masuk sendiri ke dalam gawang. Nggak ada upil yang keluar sendiri dari hidung.
Begitu pula kalau kita ingin memperjuangkan kebebasan menentukan passion, kita harus melewati proses berusaha untuk meyakinkan orang tua kita.
Yakinkan bahwa mereka tidak sia-sia memberikan restu kepada kita.

Lalu, kejar terus passion lu. Konsisten. Tetaplah di jalan yang lu pilih, karena lu yang paling tau apa yang terbaik buat lu. Dan apa yang terbaik dalam diri lu, akan membawa kebaikan juga bagi orang lain.

Kadang gua suka kasian sama temen-temen gua yang passion dan mimpi-mimpinya terbatasi. Yang awalnya punya mimpi membumbung tinggi, jadi jatuh runtuh seketika. Semua cuma karena masalah restu aja. Cuma karena orang tuanya mendikte dia supaya mengikuti keputusan mereka yang dianggap 'paling benar'.

Ada juga temen-temen gua yang pasrah aja sama orang tuanya. Pendiriannya udah melayang entah kemana, sampai-sampai passion mereka turut hilang bersamanya.

"Gua yang penting masuk universitas anu. Kalo kerjaan, gampang tinggal dibantu Bokap."

"Cita-cita? Ah, apa aja deh.. Yang penting bisa ngehasilin duit."

"Gua ngikut apa aja kata Nyokap sama Bokap aja ah.."
This is sad. Very, very sad. Gua disini bukan mau ngejudge mereka, tapi gua cuma pengen bilang..................
"BANGUN!"
Time flies like butterflies, chances are priceless, so live your life to the fullest!

And the only way to do it, is to find your own passion. Then, live with it.
Define your passion, or somebody else will define it for you.
 
Hari Menentang Pekerja Anak Sedunia!
Passion gua jatuh ke human rights. Mungkin sekilas bagi beberapa orang, ini bukan passion yang menguntungkan, karena nggak bisa ngehasilin banyak duit lah, apa lah.
Tapi gua bersyukur, karena Nyokap dan Bokap tiri gua sendiri nggak pernah mendikte gua harus sekolah di anu, jurusan anu, dll. Karena mereka berpikir gua udah cukup bijaksana untuk mengetahui apa yang harus gua pilih, dan mereka sebatas ngasih saran aja.
Ibaratnya mereka adalah Vitamin yang memberi gua asupan motivasi. Mereka memperkuat ketahanan spiritual gua, dengan mendengarkan dan memahami tiap keluh-kesah gua.
Sebatas itu aja.

Same thing goes for you guys.

Kalo kata Kahlil Gibran, orang tua itu seperti busur panah, dan anak adalah panahnya.
Saat sang panah melesat, sang busur nggak ikut terbang bersamanya kan?
Sebuah panah bisa melesat dengan kencang dan stabil, karena sang busur juga stabil dan memberi 'dorongan' kepadanya.
Memberi dorongan, ke arah manapun panah itu ingin melesat.

Menurut gua sih..
Relasi antara seorang anak dan orang tuanya itu kaya sebuah pertandingan basket.
Dimana seorang anak adalah sang pemain basket, dan orang tua adalah pelatihnya.
Sang pelatih mengajarkan berbagai macam pelajaran kepada sang pemain. Bagaimana caranya berbagi bola dengan pemain lain, bagaimana caranya berkelit dari kemungkinan-kemungkinan terburuk, dan banyak hal lainnya.
Tapi, sang pelatih nggak ikut main kan?
Sang pelatih cuma duduk manis, mengamati dari kejauhan.
Karena saat game dimulai, semuanya tergantung pada sang pemain.
Kemana bola basket itu akan dibawa, semua tergantung kepada sang pemain.

Nah, makanya muncul 1 pertanyaan.
Kalau bukan diri kita yang nentuin jalan hidup kita, siapa lagi?
Where's your liberty?
What's your passion?
Kalo lu belum nemuin jawabannya, cari tau. Lalu, perjuangkan. Secepatnya. Sebelum semua terlambat, dan penyesalannya bakal terasa seumur hidup.


Where there's a spirit, there's a great hope.
Where there's a passion, there's a great goal.

Sekian post gua kali ini, semoga bisa menginspirasi banyak orang untuk segera memperjuangkan kebebasan dan passionnya.


Post ini ditujukan untuk orang yang belum mencari passion,  sedang mencari passion, dan berjuang dalam passionnya.
Never give up on your passion!
Never!

Pictures sources: Many websites from Google.com

Comments

  1. I think the key to success is to find your passion and fight for it. So what is your REAL passion? Maybe when you already comfort with something, you easily judge it as your passion, but is that really your passion? How's your passion can make you survive so far? Sometimes we have to re-think.

    God has a wonderful plan for every person's life. Your purpose is close to your passion. Use your passion to find your purpose :)

    And I think, it's the very important yet first step for you to make a decision as a man, not a boy anymore :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gayo Layak Tersenyum!

Biasanya kalo lagi kongkow-kongkow bareng temen dan lagi jenuh sama mata kuliah, gua suka ngobrolin tempat-tempat wisata yang asik buat travelling. Ada yang bilang pantai Sawarna lah, pulau Kiluan lah, Karimun Jawa lah, Lombok lah, dan tempat-tempat eksotis lainnya yang bikin gua makin bete sama liburan yang nggak kunjung dateng. Tapi kalau misalnya ditanya: "Perjalanan lu yang paling seru kemana, Gi?" Kayanya gua ngga bakalan jawab Bali, Amsterdam, Paris, Garut atau Berlin. Gua bakalan jawab.. "Desa Pantan Jerik, Aceh Tengah." Akhir bulan puasa taun 2013, tepatnya 30 Juli gua bersama Kak Devi, senior gua di SFAN (Sekretariat Forum Anak Nasional) berangkat. Kami ditugaskan untuk menyalurkan bantuan Forum Anak Nasional kepada anak-anak suku Gayo yang jadi korban gempa di daerah Aceh Tengah. Selain nyalurin bantuan kaya ransel, baju koko, alat sholat, buku, alat tulis dan seragam, kami juga bakalan bikin sebuah kegiatan traumahealing buat nyemang

Lebih Dari Seks: Mahasiswa Indonesia sebagai Garda Keadilan Terakhir

Saya lahir di tahun 1994. Saya terlalu muda untuk mengingat Indonesia di tahun 1998. Reformasi, sebagaimana buku sejarah kita menyebutnya, adalah saat rezim otoriter Soeharto dijatuhkan di tahun 1998 setelah berkuasa selama 32 tahun. Di samping beberapa faktor seperti krisis ekonomi, eskalasi konflik dan penggerak akar rumput seperti gerakan massal golongan buruh dan petani, aktivis HAM, serta Partai Rakyat Demokratik (PRD) di masanya, Reformasi dimungkinkan terjadi karena protes besar yang dipimpin gerakan mahasiswa. Demonstrasi mahasiswa menjadi sebuah gerakan nasional, saat berhasil menyebar ke berbagai kota di Indonesia dan menduduki gedung DPR. Tidak lama kemudian, presiden Soeharto menawarkan pengunduran dirinya di televisi dan Reformasi pun terjadi. Gerakan mahasiswa tetap hidup pasca Reformasi, namun tidak pernah sebesar yang terjadi di awal Reformasi. Sekarang di Indonesia, gerakan mahasiswa sepertinya telah menemukan kembali jalannya. Banyak mahasiswa mantan demonst

Indonesia Bukan Bangsa Asal-Asalan

Di Tanah Air yang penuh dengan berbagai macam ide, visi, misi dan semangat hebat, tentu kita mempunyai kebebasan untuk memilih sesuatu.  Akan tetapi kebebasan memilih itu pun harus berlandaskan pemikiran kritis dan tidak asal tunjuk. Asal terbeli omongan besar. Asal terhipnotis gestur sok heroik. Asal terpikat iklan promosi dan simbolisasi semu. Asal diperdaya oleh nasi bungkus dan sejumlah uang. Indonesia, kita ini bukan bangsa asal-asalan. Negeri kita pun bisa merdeka, bukan karena perjuangan yang asal-asalan. Negeri kita menempuh perjalanan panjang menuju demokrasi mumpuni saat ini, berkat sebagian masyarakat yang kritis. Berkat masyarakat yang aktif mencari, menelaah, mempertanyakan dan memperjuangkan kebenaran sebenar-benarnya. B aik yang namanya tercantum secara resmi sebagai pahlawan nasional, maupun pahlawan-pahlawan rakyat tak bertahta lainnya. Semua pencapaian-pencapaian hebat negeri kita berdasarkan pemikiran-pemikiran yang matang. Melalui dialog ter