Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Supir Ojek, Butterfly Effect, dan Refleksi Ketidakjujuran Bangsa

  "Mas, jangan nekat. Ini jalur Busway." "Ah, slowly bro. Kayaknya hidup lu kaku banget sama aturan." Supir ojek online tanpa helm berusia sekitar 30 tahunan itu tidak menghiraukan saya dan nekat membanting arah setirnya ke jalur Busway. -------------- Sepanjang perjalanan itu, saya mendengarkan berbagai keluh kesah supir ojek tersebut. Mulai dari kesenjangan ekonomi, politisi, sampai kasus-kasus korupsi yang paling meresahkan beliau. Awalnya saya berusaha memahami perspektif beliau, serta memberikan pandangan saya sebagai mahasiswa. Saya mengangguk, tertawa, dan menyampaikan simpati terhadap keluh kesahnya. Tetapi pada saat beliau mulai melepas helmnya dan memasuki jalur Busway, pola obrolan kami berubah menjadi perdebatan terkait pelanggaran lalu lintas, sebuah ketidakjujuran yang menurutnya 'kecil' dan 'sepele' bila dibandingkan dengan kasus korupsi pejabat yang besar. Setelah beberapa percakapan tanpa titi

Selepas Sekolah Hak Asasi Manusia

Butuh belasan hari untuk saya beradaptasi dengan realita tanpa SeHAMA. Program selama 21 hari itu telah berhasil mengguratkan kesan mendalam pada diri saya. Begitu dalamnya kesan yang saya dapat, sampai-sampai saya merasa ruang dan waktu mengkhianati rasionalitas saya yang berusaha berkelit dari kekosongan di detik ini. Selama 21 hari kita saling terbentur dan terbentuk. Di sudut mata mengintip prinsip. Beradu nalar dalam kelakar. Berpacu bersama mencapai transedensi. Belasan hari sudah saya berusaha mengenyahkan residu euforia dan pencerahan yang kita alami selama SeHAMA, kawan. Tetapi semua itu sulit saat relasi yang dibangun telah terpupuk sedemikian dalamnya, hingga rasanya ingin saya rekatkan dengan permanen lego yang sudah kita susun bersama. Namun pada akhirnya, sebaik apapun lego yang kita susun, harus ada disintegrasi agar lego-lego yang ada dapat mengembangkan bentuk masing-masing. Begitu pula kita, kawan. Begitu pula kita.   Selama SeHAMA saya banyak memilih u

C O N S Y O U T H M E R I S M

If there are any similarities with any major brands, they are purely (in)coincidental. My fellow youth friends, have you ever felt confused on deciding the things that you really want and the things that you really need? Well, it might be one of the early symptoms proving that you are diagnosed with what I call as a consyouthmerism. As a part of the Generation Y, especially the twentysomethings youth, we are prone to be plunged into the economically constructed culture of consumerism. An article in Buzzfeed written by Gayatri Jayaraman highlighted the unnerving trend of the 'Urban Poor': "...the metro-dwelling twentysomethings who've internalised the pressures surrounding them, and spend a majority of their salaries on keeping up the lifestyles and appearances that they believe are essential to earning those salaries." Deriving from Gayatri's discourse, we can see that the root causes for the emerging trend of Urban Poor is our existin

Perokok Anarkis

[anarki/anar·ki/ n 1 hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban; 2 kekacauan (dalam suatu negara)] [anarkis/anar·kis/ n 1 penganjur (penganut) paham anarkisme; 2 orang yang melakukan tindakan anarki] Teman-teman, malam minggu kemarin tanggal 20 Februari saya baru saja mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan di Food Court Mall P***en V****ge. Saat saya sedang duduk bersama teman-teman saya dan berkutat dengan laptop masing-masing, kami mencium bau familiar yang tidak enak dan beracun. Ya, bau itu adalah bau rokok. Pada awalnya saya heran, kok bisa ada orang merokok di dalam Food Court Mall P****en V****ge yang ber-AC? Ternyata tidak jauh dari saya, terdapat seorang perokok anarkis. Perokok yang tidak mengenal undang-undang, peraturan, atau ketertiban yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai rokok dan perokok. Perokok yang rasa apatisnya melebihi rasa malunya pada lingkungan sekitarnya. Saya pun menghampiri petugas Food Court